Awan-awan yang bergerombol sore itu seakan turut berpesta merayakan kemenangan tim kami di Final Kejuaraan Sepakbola tingkat Universitas se-Kabupaten Purwakarta. Ya, Muttaqien United, tim kami, menang telak 3-0 melawan tim sepakbola Universitas Purwakarta. Skor yang jelas-jelas fantastis tentu saja. Lain kata, benar-benar di luar dugaan !.
Tak terbayangkan memang, tim sekelas Muttaqien United yang bisa dibilang “anak kemarin sore” itu bisa memenangi pertandingan dengan begitu mudah. Di final bahkan…di final !, ah !...sungguh nikmat rasanya menikmati wajah sendu mahasiwa Universitas Purwakarta yang tidak mendapat apa-apa sore itu selain rasa malu yang begitu mendalam. Skor 3-0 tampaknya memang pantas diberikan untuk mereka. Kerja keras si kuda hitam berbuah manis di hadapan pasukan Persia yang terlanjur buncit perutnya karena dimanja.
Sama sekali tak dihitung, itu barangkali gambaran kasar tentang bagaimana pandangan para pengamat dalam urusan perjalanan tim kami di kejuaraan sepakbola ini. Ya, begitu lah…menyedihkan bukan ?!. Di mana-mana tersiar kabar, Muttaqien United tidak akan pernah sanggup melangkah lebih jauh bahkan untuk sekadar lolos penyisihan. Ditambah bumbu tawa yang seakan meledek…aih, sungguh pengalaman itu terekam begitu jelas di otak kami.
Namun, hari ini kami membuktikan bahwa kami memang pantas untuk menjadi juara. Eureka !!!…hitungan-hitungan pesimis, ledekan-ledekan pahit itu kami jawab dengan prestasi. Numero uno…Muttaqien United sang juara.
Kututup catatan harianku ini dengan perasaan bahagia yang membuncah-buncah. Betapa hari yang luar biasa bersejarah untukku, demikian selintas buih perasaan yang melintas bebas di benakku. Teringat penyelamatan-penyelamatan gemilang yang kulewati di sepanjang waktu pertandingan tadi, teringat hat-trick Mario yang mengantarkannya menjadi top-scorer kejuaraan sepakbola tingkat universitas se-Kabupaten Purwakarta. Semua itu berjejal-jejal di alam rasaku… menggandengku begitu mesra ke alam mimpi. Aku tertidur…sembari tersenyum serasa dunia ini hanya milikku saja.
Gemerincik hujan di luar sana, Purwakarta begitu dingin malam ini. Dentam alunan nada musik ber-genre trance kontras terdengar di kamar ini. Paradoks sesungguhnya, karena di bagian lain petak kamar dan rumah ini justru jeritan histeris manusia-manusia yang ditindas zaman-lah yang nyaring bergemuruh meminta perhatian.
(bagian I cerita bersambung “samba at-taqwa”…terselesaikan di rumah idok – Ps. Jum’at Purwakarta)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar